09 | Dimabuk Susu Kaleng
⚠️ WARNING ⚠️
Cerita ini mengandung unsur adegan kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar, kenakalan remaja yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.
[pythagoras]
.
.
.
.
"Sin 30° berapa?"
"Setengah."
"Cos 180°?"
"Minus satu."
"Kalo misal ada segitiga ABC, panjang sisi AB = 9 cm dan besar sudut C itu 60°. Jadi panjang sisi AC berapa?"
Seketika otak Ruha buntu. Ekspresi wajahnya sudah mewakili ketidak mampuan otaknya untuk menjawab.
"Pelan-pelan dong By..."
"Gini..." Alby mengambil buku tulis dan bolpoint. Ia menggambar sebuah segitiga siku-siku dan memberi masing-masing sudutnya huruf A, B dan C. "Ini 'kan ada segitiga siku-siku. Terus diketahui panjang AB ini 9 cm dengan sudut C yang ini 60°. Yang harus lo cari itu panjang A ke C, yang ini..."
"Gimana caranya? Yang kaya gini bukannya pake rumus pythagoras?"
"Ini bisa pake konsep yang tadi, sin-de-mi."
"Oh, berarti yang sudut 60° ini sin? Yang AB ini sisi depan, berarti yang dicari itu sisi miring?"
Alby mengangguk. Ruha serasa menemukan harta karun karena akhirnya sanggup memahami soal. Baru memahami, belum menjawab.
"Oke gue coba." Ruha sekarang fokus mengotak-atik soal yang diberikan Alby. "Sin 60° itu setengah akar tiga. Terus sisi depannya 9 cm. Berarti ini gini, terus dipindah sini. Yang ini dibalik, terus dikali. Jadi..."
"Ayo, gitu aja lama. Ujian nanti waktunya ngga sampai dua jam dan soalnya 50. Kalo satu soal gini aja lama gimana soal yang lain."
Ruha menghentikan kegiatannya menulis dan menatap Alby, "By lo tau ngga sih. Lo ngomong gitu itu nyakitin hati gue. Udah tau otak gue pas-pasan disuruh mikir cepet," gerutu Ruha.
Alby tertawa karena itu. Tawa yang belum pernah Ruha lihat. Mata bulat itu sampai menyipit lucu. Bibir Ruha ikut mengukir senyum melihat tawa tersebut.
"Lo lucu kalo ketawa. Mata lo ilang."
Telinga Alby langsung memerah. "Apaan sih. Cepetan lanjutin itu!" ketus Alby.
"Iya iyaa... nih hasilnya gue nemu delapan belas per akar tiga." Ruha menyodorkan bukunya pada Alby.
"Itu bisa disederhanain lagi."
"Caranya?"
"Kalikan akar tiga per akar tiga."
Ruha menghela nafas. Kenapa matematika serumit ini. Padahal jawaban sudah ketemu. Memang apa bedanya kalau disederhanakan? Nilainya sama juga 'kan?
Drrtt! Drrttt!
Ponsel di samping Ruha berbunyi beberapa kali, mengganggu konsentrasinya menghitung. Dengan malas ia menyambar benda tersebut dan mengangkat panggilan yang masuk dari Gamma.
"Ganggu gue belajar aja. Kenapa Gam?"
'Jemput gue cepetan. Motor gue mogok tengah jalan.'
"Ya minggir dong, jangan berhenti di tengah. Nanti ketabrak gimana?"
'Lo mau gue ngumpat kek gimana nih? Cepetan kesini, Ruha! Gue takut diculik'.
"Iya iya, bentar! Udah nyuruh ngegas pula." Ruha langsung mematikan panggilan sepihak. "Lagian orang ngga ada kerjaan mana yang mau nyulik. Ada-ada aja."
"Lo mau pergi, Ru?" tanya Alby yang tak sengaja mendengar percakapan itu.
"Iya, mau jemput Gamma bentar. Lo sini aja jangan kemana-mana. Jangan keluar juga! Pokoknya tunggu sini sampai gue kembali," titah Ruha.
Anak itu lantas berdiri dan meraih jaket hitam yang tersampir di belakang sofa kemudian melenggang pergi tanpa memberikan Alby kesempatan menjawab. Pada akhirnya Alby harus patuh diam disini.
...
Riko baru saja sampai di markas dengan kedua tangan menenteng plastik berisi minuman dan snack untuk mereka party. Kedatangannya langsung disambut gembira oleh semua anggota Scorpion di luar markas.
"Kalian kenapa diluar?" tanya Riko.
"Bang Ruha yang nyuruh. Katanya jangan masuk soalnya bang Ruha mau belajar sama si Ketos," timpal Vino. Ia mengambil satu kantong plastik dari Riko dan membagikan isinya ke anggota lain.
"Sama si Alby?" Melihat Vino mengangguk membuat Riko berdecak. "Gila si Ruha. Sekarang bahkan udah bawa si Alby ke sini. Tuh anak beneran serius ya," gumam Riko.
"Oh iya bang, tadi bang Ruha bilang kalo bang Riko udah datang suruh masuk jagain si Ketos itu."
Riko yang kini ikut membagikan minuman kaleng menoleh saat Vino berucap. "Emang si Ruha kemana?"
"Jemput bang Gamma. Motornya mogok katanya. Kalo udah selesai bagiin langsung ke dalam aja, bang."
"Aih, dikira gue babysitter suruh jagain anak orang,"
Meski terus menggerutu, Riko tetap melaksanakan perintah Ruha. Anak rambut cokelat itu masuk ke dalam markas setelah memastikan semua anggotanya sudah mendapat minuman dan snack. Ia membawa sisanya ikut masuk untuk dirinya minum di dalam.
Di dalam hanya ada Alby seorang. Si Ketua OSIS itu ternyata sibuk membaca buku. Benar-benar tak menyia-nyiakan waktu yang ada.
"By, udah lama disini?" Riko basa-basi sambil menaruh kantong plastiknya di meja. Alby langsung mengangkat kepalanya dari buku.
"Dari sepulang sekolah tadi. Bareng Ruha," timpal Alby.
Riko mengangguk-angguk. "Kalian beneran ada hubungan ya? Udah pacaran?"
"E-eh, ap-apa? Enggak! G-gue sama Ruha cuma temenan. Mana mungkin cowok sama cowok pacaran." Alby menjawab itu dengan gelagapan. Tangannya meremat buku karena gugup sendiri.
"Masa sih cuma temen? Ruha ngga minta lo jadi pacarnya?" selidik Riko lebih dalam yang langsung membuat Alby kembali memfokuskan diri pada buku yang dia baca.
Melihat dari reaksi Alby, Riko tak yakin kalau Ruha hanya mengajak Alby berteman. Ruha sendiri yang bilang padanya kalau memiliki ketertarikan khusus pada si Ketua OSIS itu. Dan Riko mengenal Ruha anak yang blak-blakan dan spontan.
"Gue mau ke kamar mandi. Itu di plastik gue sempet beli susu kaleng juga tadi, kalo lo haus minum aja," ujar Riko sebelum pergi.
Kebetulan sekali Alby juga sedang kehausan sejak tadi. Tanpa pikir panjang ia menggeledah isi plastik yang dibawa Riko mencari keberadaan susu yang dimaksud. Ada empat kaleng dengan kemasan sama.
"Yang mana susu? Sama semua."
Tangannya mengambil satu kaleng dan membukanya. Aroma menyengat menguar. Baunya aneh, tapi Alby sedang kehausan. Jadi tanpa berpikir lagi ia langsung menenggak habis satu kaleng tersebut.
"Kok rasanya pahit," keluh Alby. Ekspresinya berubah begitu selesai menenggak semua. Tenggorokannya terasa aneh saat minuman yang ia kira susu itu masuk melewatinya.
Sementara itu di kamar mandi markas. Riko yang baru selesai buang air kecil kembali menuju Alby di sofa.
"By, lo ngga pulang disini nungguin Ru—"
Ucapannya terhenti. Mata Riko seketika melotot saat melihat kaleng yang dipegang Alby. Buru-buru ia mendekati anak itu dan memegang bahu Alby. "By, lo minum ini?" paniknya.
"Susunya pahit... hic..."
Mata sayu dengan wajah memerah. Bau menyengat itu menyadarkan Riko kalau dirinya dalam masalah besar.
"Astaga Alby, gue bilang susu kaleng kenapa lo malah minum alkohol!" pekik Riko frustasi.
Bruk!
Tubuh Alby limbung kearahnya. Hal itu semakin menambah frustasi Riko. Ia segera menahan tubuh Alby dengan ikut duduk di sampingnya. Satu tangannya mengangkat wajah Alby kearahnya, anak itu masih membuka mata.
"Lo ngga mabuk 'kan, By? Please jangan mabok!" beberapa kali tangannya menepuk pipi Alby yang semakin merah.
"Hihi... bunda kok disini? Hic... bunda potong rambut ya, kok... hic... jadi pendek."
'Mampus, si Alby beneran mabok.'
"Bunda peluk~ Alby kangen."
Kedua tangan Alby kini memeluk Riko dengan erat. Wajahnya ia usak-usakkan ke dada Riko. Membuat wajah Riko semakin menghorror karena itu. Apa jadinya kalau Ruha tiba-tiba datang dan masuk melihat mereka berdua begini. Kembali ia menatap Alby di dadanya. Wajah bulat yang merah itu memang menggemaskan. Imut sih, tapi yang punya kalau marah ngga ada imut-imutnya.
...
Di luar markas, Ruha baru saja datang bersama Gamma yang motornya mogok tengah jalan. Ruha langsung buru-buru menstandarkan motornya.
"Buru-buru banget sih, Ru!" komentar Gamma.
Ruha yang tak mendengar terus berjalan menuju kumpulan anggotanya yang sudah berpesta mabuk-mabukan. Meski dibilang mabuk-mabukan nyatanya mereka semua masih sadar semua.
"Bang Ruha, minum?" Vino datang menyodorkan satu kaleng alkohol.
Ruha mendorongnya balik. "Nggak ah, gue skip. Si Riko udah dateng 'kan? Dia di dalem?"
"Iya bang, sama bang Gaffi juga"
"Oke, thanks." Ruha langsung melenggang masuk. Gamma yang tak tau apa-apa lantas bertanya pada Vino.
"Kalian kenapa diluar, emang di dalem ada apa?"
"Bang Gamma masuk aja, nanti juga tau."
Mendengar itu Gamma langsung masuk menyusul Ruha. Di dalam sana ada Riko, Gaffi dan juga Alby. Entah kenapa Alby bisa disini, Gamma belum tau ceritanya. Tapi melihat keadaan ketiga orang itu, sepertinya ada yang tidak beres. Apalagi ekspresi yang ditunjukkan Riko saat melihat Ruha masuk.
"Ru, si Alby kobam." Gaffi yang dengan senang hati langsung memberitahu Ruha.
"Apa?!" kejut Ruha. "Kalian berdua ngasih Alby alkohol?"
"Bukan gue, si Riko yang ngasih." Gaffi membela diri. Riko yang dituduh langsung melotot.
"Sialan! Bukan gue yang ngasih. Alby sendiri yang minum, dia salah ngambil kaleng alkohol yang dikira susu."
"Mana ada kaleng susu? Buktinya dalam plastik ini cuma ada kaleng alkohol doang." Telunjuk Gaffi mengarah pada plastik yang sebelumnya dibawa Riko.
"Ya ngga tau, gue tadi beli susu juga. Mungkin diambil anak-anak diluar."
Ruha dan Gamma langsung memeriksa plastik tersebut. Memang benar hanya ada empat kaleng alkohol dimana salah satunya sudah tandas. Mata Ruha kini beralih pada Alby dalam pelukan Riko. Ia duduk disisi lain Alby dan menarik anak itu.
"Alby, hei! Lo denger gue?" panggil Ruha.
Alby dengan mata yang hampir tertidur kembali membuka sayu. Memandang Ruha dengan alis menyatu. Wajah itu terlihat kabur. "Siapa?"
"Ini gue Ruha!"
"Ruha?" Alby mencoba mengingat. Wajah merahnya berkerut lucu. "Ah Ruha! Ruha jangan deket-deket... Alby ngga mau dicium lagi."
Ketiga orang disana kecuali Ruha dan Alby yang mabuk sekarang terpaku di tempat. Mereka saling pandang dengan satu pikiran yang sama mendengar ucapan Alby. Tiga pandangan itu kemudian mengarah pada Ruha sebagai tersangka.
"Ru, lo beneran?"
"Apa? Gue belok? Iya! Gue cium Alby? Iya! Gue suka Alby? Iya! Tapi kita belum pacaran," jelas Ruha gamblang.
Gamma dan Gaffi yang memang baru tau melongo lebar.
"Bundaa~ Alby mau pulang, perut Alby ngga enak," rancau Alby melepas diri dari Ruha dan kembali pada Riko.
"Bunda?" beo Ruha.
Riko yang ditatap setajam itu langsung menjelaskan. "Gue ngga tau! Nih anak dari awal mabuk udah ngigo manggil-manggil gue bunda. Stress gue lama-lama, padahal alkohol yang gue beli ngga lebih 10% kenapa nih anak bisa mabuk parah gini."
"Ya lo mikir lah, Ko! Si Alby bukan berandal kaya kita yang udah biasa mabok. Jangankan 10%, yang 5% juga dia bakalan mabok kalo minum," ujar Gamma dengan sewot menimpali ucapan Riko.
Tak memperdulikan dua orang berdebat itu, Ruha memilih kembali menarik Alby pada dirinya. Ia memasangkan jaket merah Alby pada tubuh anak itu. Kemudian mengendong Alby dengan gendongan ala koala. Kepala Alby langsung terkulai sempurna di pundak Ruha.
"Ru! Mau kemana?"
"Pulangin si Alby. Masa dia mau dibiarin mabok disini. Tolong bantu beresin tas gue sama punya Alby!"
Tiga orang itu langsung cekatan membereskan buku-buku diatas meja dan memasukkannya asal pada satu tas. Riko membantu memberikan tas tersebut pada lengan Ruha yang sudah berdiri.
"Nitip motor. Gue duluan!"
"Hati-hati di jalan Ru!"
Terima kasih banyak untuk yang udah vote dan komen.
Lav yu (づ ̄3 ̄)づ╭❤️~
Komen yang banyak, ku suka bacain komen soalnya... hehe. Kalo ada typo atau kurang apa yang lain kasih tau aja. Ini draft dua tahun lalu dan ku cuma crosscheck dikit sebelum di publish.
Jumpa lagi nanti nanti... kalo lama gak update artinya lagi hibernasi (✿◡‿◡)
Bạn đang đọc truyện trên: truyentop.pro